Senin, 09 Mei 2011

Cerita Dongeng Bebe: Dari Jalanan Menuju Old Trafford

Cerita Dongeng Bebe: Dari Jalanan Menuju Old Trafford
MUFC Tech - Tubuh kurus Tiago Manuel Dias Correia terbungkus di dalam sebuah karpet tua yg berbau. Dan saat bocah berumur sepuluh tahun itu meletakkan kepalanya di atas sebuah bantal darurat, perutnya bergemuruh akibat kekurangan makanan; punggungnya terasa sakit karena tidur pada beton keras di Loures, sebuah kota terpencil di pinggiran Lisbon, Portugal.

Waktu untuk beristirahat dari siksaan tersebut, sampai ia jatuh tertidur, bagi Tiago kecil adalah sebuah fantasi. Dan dia pun berfantasi. Dalam fatamorgana yang berulang, remaja tunawisma itu membayangkan dirinya sebagai pemain sepakbola profesional, bersinar untuk salah satu klub paling bergengsi di dunia seperti halnya Luis Figo, ikon Portugal yang gambarnya selalu menghiasi surat kabar yang ia gunakan untuk perlindungan dari malam dingin.

Kehidupan Bebe, seperti yang sudah dikenal sejak kelahirannya di Cacem hingga menjadi imigran imigran Cape-Verde, mulai membaik ketika ia pindah ke penampungan Casa do Gaiato beberapa saat kemudian. Hal itu memastikan ia bisa menghabiskan masa remajanya dengan diberkati kemewahan komparatif yakni makanan, kehangatan, perawatan kesehatan dan pendidikan reguler. Hal ini juga memberikannya kesempatan untuk bermain sepak bola bersama tim amatir lokal yang memiliki hubungan dengan salah satu pemimpin panti asuhan itu.

Pimpinan panti asuhan itu lalu menerima panggilan telepon pada bulan April 2009. Cais, sebuah lembaga amal yang bertanggung jawab untuk menerbitkan edisi Portugal dari majalah Big Issue, telah diundang untuk berpartisipasi dalam Festival Sepak Bola Jalanan Eropa yang kedua, sebuah kompetisi untuk para tunawisma atau mantan tunawisma yang diselenggarakan oleh streetfootballworld melalui program FIFA, Football For Hope. Mereka bertanya apakah Casa do Gaiato dihuni oleh penggemar sepak bola. Satu nama pun langsung muncul di benak sang pimpinan.


Sempat bermain di Piala Dunia Untuk Tunawisma

Maka berangkatlah Bebe, bersama dengan tujuh warga lain dari penampungan, menuju Foca, Bosnia-Herzegovina bulan berikutnya. Di sana, dengan 40 gol hanya dalam enam pertandingan - digabungkan dengan beberapa skill yang memikat penonton - membuat Estrela Amadora, sebuah klub di divisi ketiga Portugal, tertarik untuk memboyongnya.

Maski begitu Bebe tetap tinggal di Casa do Gaiato - sebuah bukti dari kerendahan hatinya - dan memilih untuk pulang-pergi ke sesi latihan dan pertandingan. Sering dipasang pada posisi sayap, terkadang di lini depan, dia menghabiskan hanya satu musim dengan Estrela. Hanya itu yang ia butuhkan untuk memikat Vitoria de Guimaraes, klub yang baru saja finis di posisi keenam pada divisi elit Portugal.

Namun jika transisi mustahil Bebe dalam 13 bulan - dari pemain sepak bola jalanan menuju divisi profesional papan atas sudah merupakan angan yang khayal, maka itu hanyalah sebuah pendahuluan dari apa yang bakal terjadi. Karena mengikuti beberapa laga pra-musim - dan sejumlah gol indah - pemain serba bisa itu pun dipantau oleh sejumlah raksasa Eropa, termasuk Real Madrid dan Manchester United.
Sebagaimana dikatakan oleh Bebe: "Sepak bola bisa mengubah kehidupan."
Manajer United, Sir Alex Ferguson, yang bekerja atas dasar rekomendasi persuasif dari mantan asistennya yang saat ini menjadi pelatih Portugal, Carlos Queiroz, bergerak cepat untuk mengaktifkan klausul pelepasan sebesar 7,4 juta pound dalam kontrak pemain setinggi 1,90 meter itu bersama Vitoria yang baru berjalan dua bulan.

Bebe, yang sepuluh tahun sebelumnya sudah beruntung jika bisa memiliki baju apa pun, saat ini akan mengenakan kostum paling disegani di dunia sepak bola.
"Sungguh sebuah cerita dongeng ketika Anda membaca latar belakangnya," ujar Ferguson. "Normalnya Anda akan menilai seseorang untuk waktu yang lama, namun klub lain mulai membayanginya jadi kami membuat keputusan cepat."

"Ia tak bisa berbahasa Inggris, jadi hal itu jelas perlu diatasi. Namun hal paling penting adalah kami harus membiarkannya menyatu di klub. Ia memiliki kedua kaki yang bagus dan juga amat cepat. Ia punya material dan saya yakin kami bisa menanganinya. Ia masih muda dan kami cukup bagus dengan pemain muda."

Bebe sendiri menambahkan: "Saya amat bahagia. Saya ingat begitu banyak malam saya habiskan dengan tidur di jalanan. Ketika saya mengenang hal itu, saya merasa ini bak kisah Cinderella dalam versi olah raga."
"Semua pengorbanan saya telah terbayarkan. Saya bermimpi bisa bermain di klub besar dan mimpi itu telah menjadi kenyataan."

Cerita mustahil dari pemain berusia 20 tahun itu tentu akan membuat para pemandu bakat memasang mata untuk Piala Dunia Tunawisma di Rio de Janeiro bulan depan. Ini juga akan menjadi inspirasi bagi para gelandangan yang tak terhitung banyaknya di seluruh dunia.
Sumber:
http://mufctech.blogspot.com/2010/08/cerita-dongeng-bebe-dari-jalanan-menuju.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar